Salam dari Bima (Part 2)


Sebuah kisah baru dalam hidup saya dimulai disini. Nunggi, kini rasa penasaran saya terjawab sudah. Kau dengan segala kekayaan yang kau miliki, serta kerama-tamahan yang kau berikan untuk menyambut kami. Nunggi, izinkan kami membagikan kebahagiaan ini. Izinkan kami untuk mengenalmu lebih dalam lagi. Mari kita membuat kenangan yang indah, mari kita menambah lembaran baru untuk dijadikan bagian dari perjalanan hidup. 

Penyambutan KKN UNS Bima 2019

Kamis, 11 Juli 2019 setelah acara penyambutan kami langsung memanfaatkan waktu untuk membersihkan posko dan beristirahat. Maklum karna posko kami merupakan bagian dari rumah salah satu tokoh Desa Nunggi yang akrab dengan panggilan Wa Abi atau ayah. Posko kami sudah digunakan oleh KKN Bima sejak 2 tahun yang lalu. Kami menjadi KKN Bima ketiga yang menempati posko tersebut. Selain menjadi posko untuk mahasiswa KKN, tempat tersebut juga dijadikan sebagai rumah dinas untuk para tamu Wa Abi. Posko kami memang bukan bangunan khas asli Desa Nunggi yang didominasi oleh rumah panggung, posko kami sudah berbentuk rumah modern. Posko tersebutlah yang menjadi saksi bisu KKN Bima dari tahun-ketahun, mungkin sudah tak terhitung berapa banyak kenangan yang terukir di posko tersebut.



Ulang Tahun FClau
Ulang Tahun Fira


Seolah tak ingin membuang waktu, hari berikutnya kami langsung mengunjungi salah satu potensi wisata di Desa Nunggi yakni Kalate Koro. Kalate Koro merupakan sebuah sungai yang terletak diantara Desa Nunggi dan Desa Bala. Pemandangan disini sangat indah, kalian dapat melihat hamparan pegunungan dengan jelas disini. Jika beruntung, kalian juga akan menjumpai beberapa kuda yang dibiarkan berkeliaran di sekitar Kalate Koro ini. Pemandangan matahari terbit sangat indah jika kita saksikan dari sini. Namun sayangnya air sungai Kalate Koro ini sedang surut dan kering karna kami datang saat musim kemarau. Menurut warga, sungai tersebut akan deras lagi airnya apabila musim penghujan tiba.

Matahari terbit di Kalate Koro






Kami memanfaatkan minggu pertama kami untuk lebih dekat bersama warga, mengenal Nunggi lebih dalam lagi dengan menyusuri setiap dusun yang ada di Desa Nunggi. Selain itu kami juga memanfaatkan waktu untuk melakukan survey ke beberapa tempat yang nantinya akan menjadi tempat pelaksanaan program kerja kami.


Tembe Nggoli (Tenun Khas Bima)




Kebetulan saya dipercaya untuk menjadi penanggung jawab salah satu program kerja KKN Bima 2019 yakni “Kelas Inspirasi dan Motivasi”. Sedikit gambaran tentang program kerja ini, Kelas Inpirasi dan Motivasi adalah salah satu program kerja dari divisi Pendidikan. Program kerja ini berfokus memberikan materi yang bertujuan untuk menginspirasi para siswa agar dapat melanjutkan pendidikan, memperkenalkan kampus-kampus di Indonesia, mengenalkan kampus UNS sebagai kampus kami tercinta, mengenalkan jalur masuk perguruan tinggi, serta diskusi dalam forum kelompok yang masing-masing kelompok dibimbing oleh kami mahasiswa KKN UNS sebagai forum diskusi terkait minat jurusan yang diinginkan para siswa. Ketika program kerja ini dilaksanakan, banyak sekali pelajaran yang saya ambil. Saya benar-benar tidak menyangka dapat berdiri di hadapan mereka, berbagi pengalaman, pengetahuan serta kebahagiaan bersama. Melihat senyum yang terpancar dari wajah mereka, serta semangat yang tidak putus dengan segala keterbatasan yang ada disana, menyadarkan saya kembali tentang arti  rasa syukur. Adik-adik, kami berharap perjalanan ini tidak berhenti sampai disini. Kalianlah harapan bagi warga Nunggi, pun harapan bagi kami. Teruslah berjuang dan gapai impian kalian.



"Kelas Inspirasi & Motivasi" di MA Al-Ikhlas




"Kelas Inspirasi & Motivasi" di SMAN 2 Wera



Di sela padatnya program kerja, kami tetap menyempatkan waktu untuk refreshing di akhir pekan. Kebetulan tawaran dari warga untuk mengajak kami berjalan-jalan mengunjungi setiap ikon wisata Bima tiada henti-hentinya. Salah satu dari banyak tempat yang kami kunjungi adalah Pantai Lariti dan Pulau Ular yang memang sudah menjadi tempat wajib untuk dikunjungi apabila kalian ada di Bima. Pantai Lariti terletak di Desa Soro, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Kami membutuhkan waktu 3 jam perjalanan dengan menggunakan mobil pick up untuk sampai di Pantai Lariti. Yang unik dari pantai ini adalah munculnya jalan di tengah lautan yang akan menghubungkan pantai dengan pulau mungil di sebelah timur Pantai Lariti. Jalan ini membentang panjang sekitar 300 meter yang seolah-olah membelah laut. Jalan ini baru akan muncul sekiat jam 4 sore keatas, saat dirasa air laut sedang surut. Kami menghabiskan waktu disana dengan bermain air dan menyantap makan siang yang sudah kami siapkan sebelumnya.




Pantai Lariti, Bima, NTB



Setelah dirasa puas, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya yakni Pulau Ular. Kami membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan dari Pantai lariti untuk sampai di Pulau Ular. Pulau Ular sendiri terletak di Desa Pai, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Yang unik dari pulau ini adalah ular yang ada di pulau ini jinak dan bersahabat dengan manusia. Menurut warga setempat, belum pernah ada satu orang pun yang terkena gigitan ular di tempat ini sejak tahun 1990. Menurut mitos yang beredar, Pulau Ular merupakan kapal yang terbalik dan ular yang ada di sini adalah jelmaan dari manusia yang menumpangi kapal tersebut. Tak hanya itu, ular yang hidup di pulau ini pun tidak boleh dibawa pulang oleh wisatwan, karna warga setempat mempercayai akan terjadi musibah setelahnya. Larangan tersebut pun juga memiliki tujuan untuk tetap menjaga kelestarian ular di pulau tersebut.



Pulau Uar, Bima, NTB


Di minggu ketiga, kami diundang di acara Festival Sangiang Api. Kegiatan rutin tahunan yang diadakan untuk menyambut kemeriahan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Festival ini dihelat sejak 28 Juli 2019 dan puncaknya berakhir pada 17 Agustus 2019. Salah satu  agenda rutin yang dilakukan sejak tabun 2014 lalu ialah Lomba Sampan Layar Tradisional. Selain menggelar lomba sampan tradisional, Karang Taruna Desa Sangiang menggelar Expo Kerajinan Rakyat. Acara ini dikemas dalam bentuk bazar dan diikuti oleh para pengerajin industri rumah tangga dengan menampilkan berbagai macam produk seperti sarung tenun atau Tembe Nggoli dalam bahasa lokal setempat, tikar pandan, dan panganan Dodol Wera. Rangkaian kegiatan yang tak kalah menarik ialah jelajah Gunung Sangiang Api. Kegiatan ini bertujuan untuk pemetaan potensi bencana sekaligus pemetaan potensi pariwisata serta pendataan satwa dan keanekaragaman hayati. Dalam menghadiri acara ini kami para perempuan berkesempatan untuk menggunakan Rimpu (Kain Tenun Khas Bima).



Rimpu (Kain Tenun Khas Bima)

Beberapa minggu telah kami lewati, hingga tak terasa hari kemerdekaan Republik Indonesia sudah di depan mata. Seolah tak ingin ketinggalan untuk menyambut kemeriahan hari kemerdekaan, kami mengadakan serangkaian lomba yang juga masuk ke dalam salah satu program kerja kami yakni “HUT Kemerdekaan Republik Indonesia”. Lomba-lomba yang kami adakan antara lain adalah bola voli, tarik tambang, balap karung, makan kerupuk, pecah air, balon joget, balap kelereng, paku dalam botol, dan karet tepung. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa bersukaria, tak peduli dengan panas terik matahari yang menyengat, mereka tetap bersemangat mengikuti lomba yang kami adakan.






Saya pernah bermimpi untuk dapat merayakan moment hari kemerdekaan Republik Indonesia di tempat yang tidak biasa, dan sepertinya tahun ini salah satu mimpi saya itu terjawab sudah. Bahkan lebih dari itu, tak hanya moment hari kemerdekaan Indonesia yang saya rasakan, melainkan Hari Raya Idul Adha pun saya rasakan di bumi Sumbawa ini bersama keluarga baru. Mungkin tak banyak yang tahu, di malam takbir menjelang Hari Raya Idul Adha saya benar-benar rindu dengan keluarga di rumah. Memang setelah saya merantau, moment Hari Raya Idul Adha tidak selalu saya rasakan di rumah, namun kali ini benar-benar beda rasanya. Namun saya mengingat kembali niat saya, bahwa memang ini yang saya impikan. Mungkin memang saya jauh dari keluarga, tapi apa yang perlu disedihkan apabila saya juga dipertemukan dengan keluarga baru disini? Keluarga yang sama-sama memiliki tujuan yang sama.


Hari Raya Idul Adha Bersama KKN UNS Bima 2019

Setelah melaksanakan sholat Idul Adha, acara kami lanjutkan dengan mengunjungi salah satu potensi wisata yang ada disekitar Desa Nunggi yakni, Oi Nca Tongga (Air Terjun Tongga). Kali ini kami ditemani oleh pemuda-pemuda warga Desa Nunggi dan salah satu rekan dari KKN STKIP Bima. OI Nca Tongga terletak di Desa Bala, Kecamatan Wera, Nusa Tenggara Timur, tepat berbatasan langsung dengan Desa Nunggi. Kami membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai di Oi Naca Tongga menggunakan motor. Ketika sampai ditempat tujuan, suasana sejuk khas pegunungan langsung menyambut kami. Ditambah dengan suara air terjun yang membuat kami rileks. Kami memanfaatkan waktu untuk membakar daging yang kami dapat serta bermain air. Sungguh sensasi yang luar biasa bagi saya karna dapat merasakan suasana memasak di alam bebas lagi!

Oi Nca Tongga (Air Terjun Tongga)





Mendekati hari dimana masa pengabdian kami akan selesai, kami disibukkan dengan mempersiapkan acara Malam Tirakad. Malam Tirakad merupakan persembahan dari kami Mahasiswa KKN UNS Bima sebagai puncak perayaan HUT RI sekaligus malam perpisahan sebelum masa penarikan kami. Berbagai macam penampilan persembahan dari warga Desa Nunggi ditampilkan pada malam itu, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa semua berlomba memberikan penampilan terbaik mereka diatas panggung. Selain tarian, penampilan pada malam itu diisi pula dengan pembacaan puisi dari adik-adik warga Desa Nunggi, terdapat satu puisi yang benar-benar mampu menyentuh hati kami, yakni puisi tentang perpisahan kami Mahasiswa KKN dengan warga Desa Nunggi, yang dibuat langsung oleh salah satu adik kami disana. Kami benar-benar hanyut dalam suasana saat puisi tersebut dibacakan. Kemudian acara dilanjut dengan pembagian hadiah dari serangkaian lomba HUT RI yang telah dilaksanakan sebelumnya. Terdapat penampilan spesial yang kami siapkan sebagai penutup Malam Tirakad tersebut, yaitu penampilan persembahan kami para Mahasiswa KKN dengan menyanyikan salah satu lagu khas Bima yakni Sarompi Mpida atau yang lebih akrab dengan sebutan Dambe-Dambe yang artinya adalah “ayo kita jalan dan mari kita pergi”. Yang lebih menariknya adalah kami menggunakan pakaian adat khas Bima selama acara Malam Tirakad tersebut berlangsung.

Pakaian Adat Khas Bima & Rimpu

 


Kemudian acara ditutup dengan pemutaran video perpisahan yang telah kami dokumentasikan sejak awal kami menginjakkan kaki di Desa Nunggi hingga sebelum Malam Tirakad tersebut berlangsung. Moment demi moment seakan terputar kembali dibenak kami saat video tersebut diputar. Warga yang hadir pun dengan seksama menyaksikan hingga larut dalam suasana. Tak jarang kami meneteskan air mata mengingat masa pengabdian kami telah hampir usai. Tak lupa kami menyampaikan kesan dan pesan kepada warga Desa Nunggi yang telah menerima kami dengan baik. Dan acara tersebut benar-benar kami tutup dengan bernyanyi bersama warga Desa Nunggi hingga larut malam.



Salah satu Program Kerja Unggulan kami ialah Perpustakaan Habibie. Perpustakaan Habibie merupakan program kerja yang dirintis oleh KKN Bima periode pertama dan telah bekerjasama dengan Habibie Center. Hingga sampai di periode ketiga, kami terus berusaha memperbaiki fasilitas perpustakaan agar lebih layak dan nyaman bagi adik-adik. Kami menyumbangkan beberapa buku dari hasil donasi dan buku yang kami beli serta menghias tampak depan perpustakaan agar menarik perhatian adik-adik untuk berkunjung kesini. Harapan kami, semoga Perpustakaan Habibie ini dapat semakin berkembang dan meningkatkan minat baca adik-adik disana. 







Tak terasa 40 hari telah kami habiskan bersama, berawal dari orang yang asing satu sama lain berubah menjadi orang yang saling menguatkan satu sama lain. Sekali lagi, tak mudah memang menyatukan 20 kepala dengan pemikiran yang berbeda, namun seiring berjalannya waktu, setelah semua perjuangan yang kami lewati bersama, kami dapat menyatukan perbedaan tersebut. Ibarat senja yang selalu indah dipandang, terkadang ia merah merekah bahagia, dan terkadang pula ia gelap berduka. Namun langit selalu menerima senja apa adanya. Sama halnya dengan apa yang telah kita lewati selama 40 hari bersama, terkadang kami mengalami kesulitan, namun kebersamaan kamilah yang mampu mengalahkan semuanya.






Terima kasih karna telah menjadi rekan kerja serta kawan yang selalu menyiapkan pundaknya dalam waktu bersamaan. Jauh dari keluarga bukanlah hal yang mudah bagi kami, namun semua itu tergantikan dengan dipertemukannya keluarga baru seperti kalian. Canda tawa yang kita habiskan bersama, bersantap di dapur pada malam hari, bermain bersama adik-adik, berbincang dengan warga sekitar dan berkeliling dusun akan menjadi moment yang selalu kami rindukan. Tak lupa juga dengan masakan-masakan yang kami buat setiap harinya, perjalanan menuju tempat program kerja yang kami tempuh dengan berjalan kaki, keindahan Desa Nunggi yang selalu mengiringi perjalanan kami, keramah-tamahan warga disana, semua itu akan terus melekat dalam hati kami. Mungkin kini masa pengabdian kami telah usai, namun kebersamaan kami janganlah sampai usai.


Kondangan Pertama

Kondangan Kedua di Pantai Sangiang

Kunjungan Bapak Muchtar (DPL KKN UNS Bima 2019)



Pada akhirnya hanya kenanganlah yang tersisa dalam benak kami, kenangan manis bersama warga Desa Nunggi, adik-adik yang selalu bermain ke posko kami, bapak-bapak yang selalu mengajak kami berjalan-jalan di akhir pekan, ibu-ibu yang dengan baik hatinya memberikan kami makanan dan hasil taninya untuk persediaan makan kami. Satu bulan lebih bukanlah waktu yang singkat bagi kami, banyak pengalaman yang kami lewati selama itu. Kami diajarkan berburu belut di sawah, membakar daging ditengah hutan, memanjat tebing air terjun yang tinggi, membuat doco fo’o (sambal mangga khas bima), belajar menenun kain tradisional khas Desa Nunggi dan masih banyak lagi hal baru yang sebelumnya belum pernah kami rasakan.

Doco Fo’o (Sambal Mangga Khas Bima)





Bapak Rahmat Anshori (Kepala Desa Nunggi)

Kepala Dusun & Perangkat Desa Nunggi

Nunggi, tak banyak kata yang mampu kami ucap, hanya untaian kata terima kasih untuk segala pembelajaran yang telah dilalui, untuk segala kehangatan yang telah diberikan sampai akhir masa pengabdian kami. Mungkin kami belum memberikan banyak kebaikan maupun kenangan yang menyenangkan hati. Namun kami berjanji, akan menyimpan Nunggi di lubuk hati kami yang paling dalam. Terima kasih Nunggi, semoga kelak kami dapat menyapamu kembali.

Puisi Karya Adik Kami

Pelabuhan Sape, Bima, NTB


Sumber: https://id.wikipedia.org

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Student Backpacker 2019 (Part 2)

Bajo, I'm In Love

Salam dari Bima (Part 1)