Bajo, I'm In Love


Setelah masa pengabdian kami selesai, Senin 19 Agustus 2019 kami resmi ditarik dari desa tempat pengabdian. Nunggi, 03.00 WITA, suasana haru menyelimuti kami ketika harus berpamitan dengan seluruh warga untuk melanjutkan perjalanan. Tangis haru pun tak mampu kami bendung lagi, kami saling berpelukan satu sama lain dan mulai menaiki mobil. Perjalanan kami diiringi dengan dinginnya angin malam serta bintang-bintang di langit Nunggi. Setiap sudut yang kami lewati terus saya pandangi, hingga tiba di gerbang bertuliskan “Selamat Jalan Desa Nunggi”. Seketika air mata saya menetes kembali, tak terasa 40 hari telah terlewati, tepat hari ini masa pengabdian kami telah usai, Nunggi menjadi saksi bisu perjuangan serta semua kenangan yang ada di dalamnya. Kini waktunya kami kembali, kini waktunya kami menceritakan sebuah kisah perjalanan yang panjang kepada orang-orang terkasih yang telah menunggu kepulangan kami.



Indonesia itu indah, Indonesia itu kaya, Indonesia itu beragam. Apabila kalian memiliki kesempatan, cobalah untuk menengok kembali apa yang dimiliki oleh negeri ini. Keindahan alam Indonesia terlalu luar biasa untuk dilewatkan. Sebuah kesempatan yang luar biasa bagi saya dan rekan-rekan, dapat mengunjungi salah satu destinasi wisata kebanggaan Indonesia yang sedang menjadi sorotan wisatawan mancanegara maupun domestik. Salah satu kekayaan alam yang ditawarkan dari sisi Timur Indonesia. Labuan Bajo, salah satu dari 9 desa yang berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Desa yang kemudian dikembangkan menjadi ibukota Kabupaten Manggarai Barat yang kini dilengkapi dengan fasilitas dermaga, pelabuhan bahkan bandar udara. Labuan Bajo memiliki banyak sekali obyek wisata, hampir disetiap meter wilayahnya memiliki keindahan dan keunikannya sendiri. Labuan Bajo memang pulau kecil, namun ia menghubungkan seluruh keindahan alam mulai dari pantai, laut, bukit serta padang rumput menjadi satu wilayah. 


Kunjungan wisata ini kami anggap sebagai acara penutup KKN yang memang dari awal sudah kami rencanakan. Mungkin tidak banyak yang tahu, kami benar-benar menghemat biaya hidup selama KKN agar sisa living cost kami dapat digunakan untuk berkunjung ke Labuan Bajo. Tak dipungkiri memang, Labuan Bajo menjadi salah satu daya tarik kami untuk memilih daerah KKN di wilayah Nusa Tenggara. Jarak antara Bima dengan Labuan Bajo yang tidak terlalu jauh, meningkatkan semangat kami untuk benar-benar menginjakkan kaki di salah satu destinasi wisata kebanggaan Indonesia. Ada yang pernah berkata kepada saya “uang bisa dicari lagi, tapi kesempatan tidak datang dua kali”. Sudah sejauh ini kaki saya melangkah, seolah-olah mimpi yang menjadi nyata, Labuan Bajo yang dulu hanya ada di angan-angan, kini hanya beberapa langkah lagi di depan mata.


Senin 19 Agustus 2019, tepat pukul 06.00 WITA kami tiba di Pelabuhan Sape, Bima. Kapal yang akan membawa kami ke Labuan Bajo baru akan berlayar sekitar pukul 08.00 WITA. Kami pun harus menunggu sekitar 2 jam di Pelabuhan Sape untuk selanjutnya berlayar ke Labuan Bajo. Kami mengisi waktu dengan mengemas barang-barang dan tak lupa untuk mengisi perut sebelum melakukan perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 8 jam. Hingga tiba pukul 08.00 WITA, kami mulai menaiki kapal ferry ASDP yang dihargai sejumlah Rp 60.000/orang. Kapal ferry ini cukup nyaman, dan pemandangan di deck kapal ini sangat indah. Tak lupa kami mengabadikan beberapa moment di deck kapal yang di latar belakangi oleh pemandangan indah Kota Sape.




Perjalanan menuju Labuan Bajo cukup tenang, ombak tidak terlalu besar, terpaan angin pun mengiringi perjalanan kami. Sekitar pukul 15.00 WITA kami tiba di Pelabuhan Labuan Bajo dan langsung mengemas barang bawaan kami untuk bertemu dengan Capt Anton. Kami menggunakan trip yang sudah digunakan oleh KKN Bima sebelumnya. Untuk biaya tripnya sendiri, kami dikenakan Rp 750.000/orang (2 hari). Untuk fasilitas yang di dapat selama trip yakni berkunjung ke Pulau Rinca (Loh Buaya), Pulau Komodo (Loh Liang), Pulau Padar, Pantai Pink, Pantai Taka Makassar, dan Pantai Kanawa. Selain itu biaya trip sudah termasuk dengan biaya menyewa kapal dan 4 kali makan selama trip.


Ketika kami menginjakkan kaki di Pelabuhan Labuan Bajo, kami langsung disambut dengan barisan kapal phinisi yang sedang berlabuh. Ada perubahan sistem pada trip kali ini, karna sebelumnya kami ditawarkan untuk bermalam di kapal kemudia memulai trip keesokan harinya, namun karena satu dua alasan kami diarahkan untuk mencari penginapan terlebih dahulu untuk semalam dan kembali lagi ke pelabuhan esok pagi. Kami disarankan oleh Capt Anton untuk mencari penginapan disekitar pelabuhan. Kami mendapat penginapan seharga Rp 60.000/kamar (1 malam), yang diisi oleh 4-5 orang disetiap kamarnya. Ketika sampai di penginapan, kami memanfaatkan waktu untuk beristirahat dan membersihkan diri. Malam harinya kami sangat bersemangat untuk menyusuri jalan disekitar penginapan. Setiap sudut jalan didominasi oleh agen tour travel dan cafe-cafe unik. Kami memutuskan untuk mencari makan malam dan melihat-lihat cinderamata.



Selasa, 20 Agustus 2019 merupakan hari pertama trip kami. Kami mulai bersiap menuju Pelabuhan Labuan Bajo untuk memulai trip. Rasa semangat tak mampu kami bendung lagi! Ketika melihat kapal phinisi bertuliskan “Monalisa 01” menyambut kedatangan kami. Yaa! Itu kapal phinisi yang kami sewa untuk mengantar kami ke beberapa destinasi trip. Setelah semuanya menaiki kapal, kami pun mulai meninggalkan pelabuhan dan memulai perjalanan menuju destinasi pertama. Kapal phinisi ini terdiri 2 lantai, di lantai bawah terdapat 2 ruang kecil yang kita gunakan untuk menaruh barang-barang. Kemudian di lantai 2 kami gunakan untuk ruang tidur dan beristirahat, atau sekedar duduk-duduk di teras kapal menikmati pemandangan selama perjalanan. 




Destinasi pertama kami adalah Pulau Rinca (Loh Buaya), Pulau ini merupakan habitat asli komodo dengan populasi terbanyak kedua setelah Pulau Komodo. Meskipun luasnya tidak sebanding dengan Pulau Komodo, namun Pulau Rinca memiliki cukup banyak komodo. Tercatat terdapat sekitar 1.500 ekor yang tinggal di Pulau Rinca, sedangkan di Pulau Komodo jumlahnya lebih banyak dengan selisih ratusan ekor. Kami diharuskan naik sekoci kecil untuk benar-benar menginjakkan kaki disetiap pulau yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo ini. Tujuannya agar tidak merusak habitat laut dan tetap menjaga kelestariannya. Ketika sampai, kami diharuskan tracking sekitar 30 menit untuk dapat melihat komodo yang ada di Pulau Rinca ini. Pemandangan sabana terbentang luas disini, dihiasi dengan ornamen tulang-tulang hewan yang menambah kesan seperti sedang berada di Afrika haha! Setelah berjalan beberapa meter, kami dapat menjumpai komodo yang sedang berkumpul disekitar dapur umum taman nasional tersebut. Menurut ranger, komodo sangat senang dengan aroma makanan, mereka akan berkumpul di sumber aroma makanan tersebut. Tak disangka saya benar-benar bisa melihat komodo secara langsung di hadapan saya! Setelah puas mengabadikan moment dengan beberapa komodo, kami pun melanjutkan tracking. Jalan yang kami lalui semakin menanjak, hingga tak terasa kami sudah tiba di puncak bukit Pulau Rinca. Kembali kami mengabadikan moment Bersama.







Setelah itu kami turun dan kembali ke kapal untuk makan siang dan melanjutkan perjalanan menuju destinasi selanjutnya yakni Pulau Komodo (Loh Liang). Selain di Pulau Rinca, ribuan komodo juga dapat dijumpai di Pulau Komodo. Tempat tersebut oleh penduduk lokal juga disebut dengan Loh Liang. Loh Liang sendiri, dalam bahasa Labuan Bajo berarti Teluk Lobang. Dinamakan demikian, karena di pulau tersebut banyak ditemukan sarang-sarang komodo yang berbentuk lubang. Yang menarik, lubang yang dalamnya bisa mencapai 3 meter dengan diameter 40 sentimeter itu tidak hanya satu, namun bisa mencapai 4 lubang untuk berkamuflase. Kali ini kami memilih jalur tracking yang pang dekat, lagi-lagi kami dapat menjumpai komodo di dekat cafe yang ada di Loh Liang tersebut. Tanpa membuang waktu, kami langsung mengabadikan moment bersama komodo secara bergantian. 









Mengingat hari yang semakin sore, kami memutuskan untuk segera kembali ke kapal dan bermalam diatas kapal. Sungguh sensasi yang luar biasa dapat merasakan bermalam diatas kapal phinisi dengan pemandangan Taman Nasional Komodo disekitar kami. Angin yang berhembus serta bintang yang memancarkan sinarnya menambah keindahan langit Bajo malam itu. Jujur saya larut dalam suasana, menyempatkan diri untuk keluar di teras kapal untuk sekedar memandangi langit dan bersyukur atas apa yang telah saya lalui hingga detik itu.





Rabu, 21 Agustus 2019 merupakan hari kedua trip kami. Destinasi pertama yang kami tuju hari ini adalah Pulau Padar. Saya sangat excited! Karena disini kami akan tracking kembali untuk mencapai puncak Pulau Padar! Sambil menunggu waktu, kami menikmati suasana matahari terbit dari atas kapal. Untuk kesekian kalinya saya dibuat kagum dengan pemandangan yang ada di depan mata saya! Setelah bersiap-siap kami memulai tracking untuk menuju puncak Pulau Padar. Jalur tracking disini sudah tertata rapi, kalian akan menaiki beberapa tangga diawal kemudian dilanjutkan dengan tracking bebatuan yang semakin menanjak. Ketika sampai di puncak, yang tergambarkan dalam pikiran saya adalah “Indonesia itu indah bro, sayang kalo lo lewatin gitu aja! Jangan sia-siain kesempatan yang ada, karna kesempatan gk datang 2 kali!”. Mungkin itu gambaran yang ingin saya sampaikan kepada kalian untuk semua kekayaan alam Indonesia.








Kemudian perjalanan kami lanjutkan menuju Pink Beach. Inilah moment yang sangat kami tunggu-tunggu! Bagaimana tidak, disini agenda kami adalah snorkeling! Melihat keindahan karang laut Bajo! Perjalanan menuju Pink Beach kami tempuh sekitar 1 jam. Ketika sampai, dari kejauhan sudah tampak hamparan pasir pantai berwarna pink! Sesuai dengan namanya “Pink Beach” yaitu pantai yang berwarna merah muda. Pink Beach merupakan pantai yang unik yang memiliki pasir yang berwarna merah muda nan indah. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti dari mana asal muasal warna pasir merah muda yang cantik ini. Beberapa berpendapat bahwa warna pink berasal dari pecahan karang berwarna merah yang sudah mati dan memang banyak ditemukan di pantai ini. Pendapat lain menyebutkan warna pink pada pasir Pink Beach adalah karena adanya hewan mikroskopik bernama foraminifera yang memproduksi warna merah atau pink terang pada terumbu karang.









Destinasi selanjutnya adalah masih dengan suasana pantai. Kami melanjutkan agenda snorkeling kami ke Pantai Takka Makassar. Kami membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan lagi untuk mencapai pantai tersebut. Taka Makassar adalah salah satu obyek yang paling unik di Labuan Bajo. Taka Makassar merupakan satu kesatuan dari banyak pulau timbul kecil di antaranya Giri Padar, Gili Laba dan lain-lain dengan keunikan yaitu hanya akan terlihat dikala pasang surut dengan pasir putih yang mempesona. Selain bentuknya yang unik menyerupai angka 9 dan dikelilingi oleh pepohonan khatulistiwa serta biru air laut yang bening, di dasar laut dari pulau yang terbentuk dari karang mati ini juga menyimpan surga bagi para anemone, mikroba, kepiting dan hewan laut kecil yaitu terumbu karang yang masih terjaga kelangsungannya.







            Setelah dirasa puas, tibalah kami di destinasi terakhir kami yakni Pantai Kanawa. Agenda utama kami disini masih dengan snorkeling, namun sebagian dari teman-teman lebih memilih untuk berjalan-jalan disekitar pantai menikmati keindahan yang disajikan. Perjalanan menuju Pantai kanawa ini juga kami tempuh sekitar 1 jam dengan ombak yang lumayan besar. Kami cukup merasakan mual pada saat perjalanan menuju Pantai Kanawa ini. Namun, alhamdulilah semuanya masih aman terkendali dan kami masih bisa menikmati trip kami. Dibandingkan dengan pantai-pantai sebelumnya yang sudah kami kunjungi, Pantai kanawa ini termasuk pantai sudah dikelola untuk dijadikan penginapan. Dapat terlihat jelas, terdapat beberapa penginapan dan cafe di pantai ini. Bahkan rombongan kami menjadi satu-satunya orang lokal yang berkunjung pada saat itu.

 



            Hingga tiba saatnya waktu liburan kami telah usai. Kanawa menjadi penutup trip kami hari itu. Kapal phinisi pun membawa kami kembali ke Pelabuhan Bajo untuk bersiap kembali kerumah masing-masing keesokan harinya. Namun sebelum kembali, kami harus bermalam lagi 1 malam di Labuan Bajo, karena jadwal penerbangan kami baru keesokan harinya. Beruntungnya kami karena salah satu ABK (Bang Aviv) dari kenalan Capt Anton yang membawa kami trip menawarkan rumahnya untuk tempat kami beristirahat semalam. Dengan senang hati kami menyambut tawaran tersebut. Setelah turun dari kapal, kami memutuskan untuk bertemu dengan Bang Aviv dan kami langsung menuju rumahnya. Malam itu kami habiskan untuk mencari cinderamata khas Labuan Bajo untuk sekedar membawa buah tangan untuk orang-orang terkasih dirumah. Kami menyusuri sudut kota Bajo malam itu, mencari cinderamata yang ramah dikantong dan sekedar mencari makan malam. Setelah dirasa cukup, kami kembali ke rumah Bang Aviv untuk beristirahat dan mempersiapkan kepulangan kami esok harinya.



            Bandara Udara Komodo-Labuan Bajo, 22 Agustus 2019. Saya dan rekan-rekan KKN Bima berpisah disini, karena kami berbeda tujuan. Sebagian rekan saya ada yang menuju Surabaya, Bali dan Sumba. Sedangkan saya bersama dengan rekan yang bertujuan ke Jakarta. Pada saat persiapan menuju pulang, kami juga bertemu dengan rekan kami KKN Labuan Bajo yang ternyata satu pesawat dengan kami. Terima kasih Labuan Bajo. Terima kasih untuk segala keindahan yang ditawarkan. Terima kasih karna telah menjadi mimpi yang nyata untuk saya. Semoga tetap lestari alammu. Semoga tetap terjaga keindahanmu. Sampai bertemu dilain waktu.




            Bandara Udara Soekarno Hatta, 22 Agustus 2019. Usai sudah perjalanan saya selama 45 hari, perjalanan yang memberikan saya banyak pengalaman dan kenangan manis. Kini saatnya saya berkumpul dengan oang-orang terkasih yang telah menunggu kepulangan saya. Orang-orang yang selalu setia memberikan dukungan serta doanya hingga saya dapat berkumpul bersama lagi dengan mereka. Terima kasih Allah SWT. Terima kasih kepada 19 rekanku Bian, Adit, Mas Dawin, Bagas, Rahayu, Alan, Dio, Oca, Hime, Ale, Fira, Almas, Resa, Dana, Ibra, dan Septi, Fuad, Poy, Nevi untuk semua kenangan yang telah dilewati bersama. Terima kasih KKN Bima yang telah mempertemukan kami. Terima kasih untuk semua orang yang telah mendukung saya dari awal hingga akhir. Terima kasih karna telah menjadi bagian penting dalam perjalanan hidup saya. 



Sumber: https://id.wikipedia.org

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Student Backpacker 2019 (Part 2)

Salam dari Bima (Part 1)